Universitas Indonesia....
Universitas kami....
Ibukota Negara....
Pusat ilmu budaya bangsa......
-Genderang UI-
Pertama kali belajar lagu ini waktu latihan paduan suara mahasiswa baru untuk wisuda. Dulu, gak pernah kepikiran kalo lagu ini bakal dinyanyikan di kesempatan selain event event resmi kampus macam wisudaan atau penerimaan mahasiswa baru. Genderang UI buat gue gak jauh beda sama mars sekolah-sekolah gue dulu. Dulu...
Sampai gue menyanyikannya secara 'resmi' di momen wisudaan.
Seinget gue, lagu ini adalah lagu pertama dan yang paling lama dinyanyikan, karena tiap ada kontingen wisudawan yang masuk selalu disambut sama lagu ini. Diawal awal gue menyanyikan lagu ini, rasanya sama aja kayak latihan sebelum sebelumnya. Gak beda sama mars sekolah.
Sampai para wisudawan masuk.
Gue berdiri di baris kedua dari depan. Jadi meskipun diatas, gw bisa cukup jelas ngeliat para wisudawan di tengah Balairung. Disaat kita nyanyi, ada momen saat para wisudawan noleh ke atas, noleh ke kita para maba dan ikut nyanyiin Genderang UI. Seketika ada perasaan 'bergetar' di diri gue. Deg.......
Getaran bangga.
Genderang UI berhasil mengantar mereka, para wisudawan, meraih gelar sarjana. Gelar yang mungkin udah mereka perjuangankan bertahun tahun dengan keringat dan air mata. Gelar yang mungkin udah jadi mimpi mereka sejak kecil. Gelar yang selalu memberikan harapan di hati mereka. Genderang UI juga berhasil mengantar rasa bangga. Rasa bangga terhadap almamater. Bangga sama UI. Gue bangga sama UI. Sama Genderang UI.
Setahun setelah itu, rasa 'bergetar' itu akhirnya muncul lagi. Dengan kesempatan dan konteks yang jauh beda. Bukan wisudaan atau event resmi kampus, melainkan aksi bernama #OccupyRektorat. Aksi untuk menolak kenaikan biaya keprofesian di FKG dan menuntut transparansi keuangan di UI. Aksi yang jauh dari momen wisudaan.
Tepat pukul 15.00, massa aksi yang tersebar di tiap lantai gedung rektorat serempak memakai jakun. Jakun yang gue pakai di acara wisuda. Setelah itu turun kain besar di tengah gedung rektorat dari lantai paling atas dengan tulisan 'Tolak Kenaikan Biaya Keprofesian FKG dan Tuntut Transparansi Keuangan'. Di kain besar lain yang dibentangkan tertulis 'Rektorat Disegel Mahasiswa'. Sempet kaget liat tulisan kain yang panjang banget dari lantai 8 ke lantai 3 itu.
Setelahnya, lagu Genderang UI kembali muncul. Kali ini tanpa hingar bingar wisudaan. Tanpa musik pengiring. Tanpa Pak Dibyo. Hanya kepungan masa aksi dari lantai 1 sampai lantai 9 yang kompak menyanyikan lagu ini. Gue ada di lantai 3 dan mencuri intip ke lantai atas. Gedung rektorat ini tengahnya bolong sampai atas, jadi gue dari bawah bisa melihat jelas gerombolan jakun di pinggir lantai-lantai atas. Perasaan 'bergetar'. Deg.....
Masih getaran bangga. Bedanya, kali ini disisipi rasa marah atas ketidakadilan. Marah karena biaya kuliah yang mahal. Marah karena rektor yang mengabaikan mahasiswa. Marah karena gue gak benar benar tau uang yang gue bayarkan digunakan untuk apa aja. Marah sama petinggi. Bukan sama almamater gue.
Genderang UI hadir untuk kembali membawa rasa bangga gue sama kampus ini. Cinta gue sama UI. Cinta yang membuat kita bergerak saat ada sesuatu yang gak bener terjadi di tingkat kekuasaan. Rasa cinta dan rasa bangga itu selalu ada, dalam keadaan apapun. Bangga untuk menjadikan #UIGue kampus yang tetap benar, jujur dan adil. Bangga untuk menjadikan UI sebagai kampus rakyat. Bangga sama Genderang UI.
.....Berdasarkan pancasila dasar negara
Kobarkan semangat kita
Demi Ampera....